Sunday, February 12, 2006

Rasulullah...Kami MerinduiMu....

Ikuti kisah syahdu ini, walaupun penulis rasa sahabat-sahabat sekalian telah seringkali membaca kisah ini, namun penulis sengaja menyiarkannya kembali.... Sedih dengan keadaan semasa yang amat menekan... Islam dipermain-mainkan, Rasulullah, kekasih kita dihina dan umat Islam seluruh dunia dibunuh sewenang-wenangnya...

Semoga dengan kisah ini dapat mencas semula semangat juang yang kadang-kadang lemah dan malap oleh cabaran dunia ini...Mengenang kembali kasihnya Rasulullah S.A.W. kepada kita umatnya... tetapi bagaimanakah dengan kasih kita terhadap bagainda?Hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.....

Ya Rasulullah...Kami amat merinduimu....
____________________________________________________________________

Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberi petua,”Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya.Kuwariskan dua hal kepada kalian, sunnah dan Al-Quran.Barangsiapa mencintai sunnahku bererti mencintaiku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan bersama-samaku masuk ke syurga”.

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh meratap sahabatnya satu persatu.Abu Bakar meratap mata itu dengan berkaca-kaca,Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.”Rasulullah akan meninggalkan kita semua”, desak hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan pantas menangkap Rasulullah yang lemah saat turun dari mimbar.Saat itu, seluruh sahabat yang berada di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau mampu.

Matahari kian meninggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.Sedang di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba di luar pintu terdengar seorang berseru mengucapkan salam.”Bolehkah saya masuk?”tanyanya.Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.”Maafkanlah, ayahku sedang demam,”kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukakan mata lalu bertanya kepada Fatimah,”Siapakah itu wahai anakku?”.”Tak tahulah ayah, seperti baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut.Lalu Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Satu persatu bahagian wajahnya seolah-olah hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah.Fatimah menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah bertanyakan mengapa Jibril tidak ikut menyertai?Kemudian dipanggilnya Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia bagi menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan kepadaku apakah hakku nanti di hadapan Allah”, Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.”Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu.Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu”, kata Jibril.Tetapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega.Matanya masih penuh kecemasan.”Engkau tidak senang mendengar khabar ini?”Tanya Jibril lagi.”Khabarkan kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?””Jangan khuatir wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:”Kuharamkan syurga bagi sesiapa sahaja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya”, kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat.Saatnya izrail melakukan tugas.Perlahan-lahan roh Rasulullah ditarik.Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang .”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini”, Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam.Ali yang duduk di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.”Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu?” Tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.”Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata Jibril.Sebentar kemudian, terdengar Rasulullah mengeluh, kerana sakit yang tak tertahan lagi.”Ya Allah, dasyat rasa maut ini, timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”.Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu.Ali segera mendekatkan telinga,”Uushiikum bis solati wa maa malakat manuuku, peliharalah solat dan santunilah orang-orang yang lemah di antara kamu”.

Di luar tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutup tangan di wajahnya dan Ali mendekatkan telinga ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummati, ummati, ummati”.Dan pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.Kini, mampukah kita mencintanya sebagaimana dia mencintai kita…..umatnya???

No comments: