Friday, January 29, 2010

Love and Life



A nice story that can make us realise how grateful to have our husband / wife in life... LOVE is not only about what you always express to your love one, but its actually about peace in marriage and responsibility....


cahayasufi

___________________________________________


Source : Email (If anyone knows who is the writer of this story please inform me ASAP. TQ)


This story tells us something about LOVE & LIFE.


My husband is Software Engineer by profession, I love him for his steady nature and I love the warm feeling when I lean against his broad shoulders.


Two years of courtship and now, five years into marriage, I would have to admit, that I am getting tired of it. The reasons of me loving him before, has now transformed into the cause of all my restlessness.


I am a sentimental woman and extremely sensitive when it comes to a relationship and my feelings. I yearn for the romantic moments, like a little girl yearning for candy. My husband is my complete opposite; his lack of sensitivity, and the inability of bringing romantic moments into our marriage has disheartened me about LOVE.


One day, I finally decided to tell him my decision, that I wanted a divorce..

'Why?' he asked, shocked.


'I am tired. There are no reasons for everything in the world!' I answered.


He kept silent the whole night, seemingly in deep thought. My feeling of disappointment only increased. Here was a man who was not able to even express his predicament, so what else could I expect from him?


And finally he asked me: 'What can I do to change your mind?'


Somebody said it right... It's hard to change a person's personality, and I guess, I have started losing faith in him.


Looking deep into his eyes I slowly answered: 'Here is the question. If you can answer and convince my heart, I will change my mind.


Let's say, I want a flower located on the face of a mountain cliff, and we both are sure that picking the flower will cause your death. Will you do it for me?'


He said: 'I will give you your answer tomorrow.... ' My hopes just sank by listening to his response.


I woke up the next morning to find him gone, and saw a piece of paper with his scratchy handwriting underneath a milk glass, on the dining table near the front door, that goes....


My dear, 'I would not pick that flower for you, but....please allow me to explain the reasons further.....


This first line was already breaking my heart. I continued reading.


'When you use the computer you always mess up the Software programs, and you cry in front of the screen. I have to save my fingers so that I can help to restore the programs.


You always leave the house keys behind, thus I have to save my legs to rush home to open the door for you.


You love travelling but always lose your way in a new city . I have to save my eyes to show you the way.


You always have the cramps whenever your 'good friend' approaches every month. I have to save my palms so that I can calm the cramps in your tummy.


You like to stay indoors, and I worry that you will be infected by infantile autism. I have to save my mouth to tell you jokes and stories to cure your boredom.


You always stare at the computer, and that will do nothing good for your eyes. I have to save my eyes so that when we grow old, I can help to clip your nails and help to remove those annoying white hairs. So I can also hold your hand while strolling down the beach, as you enjoy the sunshine and the beautiful sand...and tell you the colour of flowers, just like the colour of the glow on your young face...


Thus, my dear, unless I am sure that there is someone who loves you more than I do... I could not pick that flower yet, and die ...






' My tears fell on the letter, and blurred the ink of his handwriting. .. and as I continue on reading... 'Now, that you have finished reading my answer, and if you are satisfied, please open the front door for I am standing outside bringing your favourite bread and fresh milk...



I rushed to pull open the door, and saw his anxious face, clutching tightly with his hands, the milk bottle and loaf of bread....Now I am very sure that no one will ever love me as much as he does, and I have decided to leave the flower alone...


That's LIFE, and LOVE. When one is surrounded by love, the feeling of excitement fades away, and one tends to ignore the true love that lies in between the peace and dullness.


Love shows up in all forms; even in very small and cheeky forms. It has never been a model. It could be the dullest and most boring form ...


Flowers, and romantic moments are only used and appear on the surface of the relationship. Under all this, the pillar of true love stands... AND THAT'S LIFE


BY FULLFILL YOUR RESPONSIBLE AS A WIFE / HUSBAND IS ACTUALLY ONE OF THE WAY TO SHOW LOVE...


THE MORAL OF THE STORY IS 'BE GRATEFUL WITH WHAT YOU HAVE.'


Friday, January 08, 2010

Kegigihan Isteri As Syahid Dr. Abdul Aziz Ar Rantisi

Sumber : http://haluanpalestin.haluan.org.my/

Penulis mohon dipaparkan artikel ini di blog ini. Sekadar berkongsi...Semoga ada manfaat...
________________________________


Kiriman ini adalah dari kawan yang bersama dalam program Puan Rasya Al Adlouni (Ummu Muhammad) yang merupakan isteri kepada As Syahid Dr Abdul Aziz Ar Rantisi di Masjid Negeri Shah Alam pada 24 Mac 2009, Selasa lalu.

Assalamualaikum,

Alhamdulillah malam semalam, Selasa 24.3.09 saya dapat mendengar penyampaian dari Puan Rasya Al Adlouni (Ummu Muhammad) yang merupakan isteri kepada As Syahid Dr Abdul Aziz Ar Rantisi di Masjid Negeri Shah Alam.

Melihat kepada kekuatan ucapannya dengan suaranya yang begitu bersemangat sambil berdiri terasa seolah-olah yang berucap itu adalah As Syahid Dr Abdul Aziz Ar Rantisi sendiri. Itulah tarbiyah yang telah dilaksanakan oleh Dr Abdul Aziz kepada isterinya yang akan meneruskan usaha-usaha dakwah dan jihad di Palestin walaupun beliau telah pergi menemui Allah swt dalam keadaan “Hidup Dan Mendapat Rezeki DariNYA”.


Puan Rasya Al Adlouni adalah simbol kegigihan wanita Gaza yang telah membuktikan bahwa semangat dan kekuatan wanita yang beriman benar-benar boleh kita jadikan contoh tauladan bagi kaum wanita di negara-negara umat Islam lain. Walaupun umurnya sudah 55 tahun dan kini mempunyai 20 orang cucu, beliau masih mampu berdakwah dan menyampaikan kebenaran tanpa ditimpa oleh perasaan lemah dan gentar. Marilah kita menelusuri jejak dan kekuatan wanita-wanita di Gaza yang sentiasa melahirkan pejuang-pejuang dan mujahid-mujahid yang akan membebaskan bumi Palestin dari penjajahan Israel.

Inilah kisah sebuah bangsa di atas sejengkal Tanah Suci. Penduduk Syam yang merangkumi Palestin, Lebanon, Syria dan Jordan memang penduduk yang mempunyai sifat keteguhan. Banyak peristiwa yang pernah berlaku di sana dan akan banyak lagi yang kelak akan berlaku di sana di akhir zaman ini. Semua kita harus belajar dari peristiwa ini terutama umat Islam. Semua segi harus menjadi pelajaran termasuk dari sisi kemanusiaan sebagai wanita.

Tahun baru 2009 dimulai dengan kisah duka bagi umat Islam iaitu peperangan di Gaza. Pemandangan yang sangat memilukan. Namun Allah swt menjadikan peristiwa Gaza bukan sekadar untuk menjadi tontonan televisyen dan bualan para wartawan untuk bulan tersebut.

Apa yang kita dengar dari berita:

1. Seorang ibu dari keluarga Samouni di Gaza melahirkan anaknya di tengah-tengah suasana pengeboman.

2. Seorang wanita mengatakan: “Tidak, tanah ini milik kami, apapun yang mereka lakukan tanah ini milik kami, kami akan tetap menentang mereka (Yahudi).”

3. Seorang wanita muda pergi ke kedai roti untuk membeli roti dan terpaksa beratur berjam-jam di tengah-tengah ledakan bom di Gaza. Ketika ditanya oleh wartawan mengapa ia tetap pergi ke kedai roti padahal ia dalam keadaan tidak selamat, ia menjawab: “Tinggal di rumahpun kami dibom sedangkan saya perlu membeli roti untuk keluarga di rumah, jadi saya perlu laluinya juga. kita hanya mati sekali.”

4. Selama 22 hari perang, Israel berjaya membunuh 600 orang anak-anak Gaza dari lebih 1,300 mangsa yang meninggal, tapi selama masa itu pula lahirnya 3,500 bayi baru. Ramai wanita Gaza yang melahirkan kembar samada kembar dua atau kembar tiga.

Sungguh luar biasa, hanya sehari sesudah kedua pihak menyatakan gencatan senjatanya masing-masing, polis lalu lintas sudah bertugas di jalan-jalan di Gaza, bahkan sekolah dibuka kembali kurang dari seminggu sesudah itu. Para murid saling menyapa ketika pertama kali berjumpa: “Hai kamu masih hidup ya?”

Wilayah ini sudah tidak mempunyai bangunan parlimen, tidak mempunyai balai polis (walaupun anggota polisnya bertugas) dan seluruh bangunan pemerintah sudah hancur dibom bahkan masjid-masjid dan hospital serta sekolah tidak luput dari pengeboman.

Infrastrukturnya boleh dikatakan sudah hancur tetapi ternyata struktur masyarakatnya tidak hancur, sistem sosialnya tidak terhapus bersama bangunan-bangunanny a. Solat berjamaah tetap dilaksanakan di tengah-tengah hujan bom di antara runtuhan bangunan dan masjid. Bahkan masjid mengumpulkan dana dari sebahagian jama’ah yang masih mempunyai sesuatu untuk disumbangkan kepada jiran tetangganya yang lebih memerlukan. Inilah sebuah bangsa yang mempunyai daya tahan yang amat tinggi.

Jangan lupa, sebelum peperangan, Israel sudah mencekik Gaza dengan sekatan selama hampir 2 tahun dan itu menyebabkan semua penduduk Gaza mengalami kekurangan makanan kerana sukarnya untuk mendapatkan bahan makanan di samping harganya yang melambung tinggi.

Dengan berita-berita seperti di atas kita telah mendapatkan gambaran betapa anak-anak Palestin dari generasi ke generasi telah ditempa oleh ujian berat dengan pelindung mereka yang tetap teguh yang terdiri dari para ibubapa terutama para ibu yang tetap menggenggam prinsip kesabaran di tengah-tengah ujian yang amat berat itu.

Kita boleh meninjau beberapa kriteria yang menambah kesabaran mereka iaitu:

1. Tidak lemah mental mereka
2. Tidak lemah penampilan mereka
3. Tidak lemah aktiviti mereka

Dari berita-berita yang diterima, para wanita Gaza tidak lemah mental mereka dan tidak akan mengalah kepada penjajah Israel, di mana kebanyakan mereka berpandangan bahwa perjuangan menentang penjajahan tetap akan diteruskan. Tidak ada yang gementar ketakutan ketika mendengar deruan pesawat pengebom di atas kepala mereka. Jika ditanya, mereka berkata dengan nada tegas bahwa mereka tidak takut kepada tentera Israel dan akan melawan dengan senjata alat dapur, jika berhadapan secara terus. Inilah di antara tanda tidak wujudnya kelemahan mental di kalangan mereka.

Selain itu mereka tidak lemah penampilan di mana nampak jelas bahawa mereka tetap tegak ketika diwawancara oleh para wartawan, bahkan mereka masih boleh menyuarakan kekecewaan mereka kepada para pemimpin Arab yang tidak membantu mereka. Bahkan ada yang menunjukkan tangan ke arah kamera. Sikap tubuh mereka jelas menunjukkan bahwa mereka tidak lemah penampilan walaupun sesetengahnya dalam keadaan cedera dan menanggung kesakitan.

Mereka juga tidak lemah dalam aktiviti mereka di mana walaupun tersisa sedikit kesempatan, mereka terus menjalankan aktiviti mereka samada ke pasar berjual beli, memakamkan ahli keluarga dan kerabat sehingga sempat pula bersilaturahim sesama saudara mereka di pasar. Di tengah-tengah aksi pengeboman, mereka sanggup beratur untuk membeli roti dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Bahkan ada seorang ibu yang melahirkan anak di tengah-tengah pengeboman dengan hanya dibantu oleh ibunya dengan menggunakan lilin di malam hari.

Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat dibuat:

1. Wanita Gaza adalah wanita yang sabar, ujian apapun yang menimpa tidak membuatkan mereka gentar ketakutan berbeza dengan wanita Yahudi di Selatan Israel yang sehingga perlu dibawa ke hospital kerana “stress” atau tekanan mental menghadapi roket2 Hamas.

2. Ketabahan mereka ternyata didasari oleh iman dan ketaqwaan kepada Allah swt. Kita melihat mereka mengekang perasaan kesedihan mereka dengan berdoa mengangkat tangan kepada Allah swt mengutuk kekejaman Israel ketika menghadapi keadaan di mana rumah mereka hancur dan ahli keluarga yang terkorban.

3. Kuatnya keganasan dan permusuhan Yahudi justeru membuatkan mereka tetap tegak, teguh dan menentang. Penentangan wanita Gaza bukan dengan mengangkat senjata, tetapi dengan menunjukkan keteladanan dalam sikap berani menghadapi kenyataan peperangan yang keras dan kejam ini di hadapan anak-anak mereka.

Nampak dari raut wajah mereka yang meskipun terurai dengan airmata tapi tetap berwajah tegar manakala anak-anak mereka menatap setiap bentuk bahasa badan ibu-ibu mereka.

Pendidikan apa lagi yang terbaik dan paling efektif selain dari pendidikan menzahirkan keteladanan dalam kesabaran?.

Cubalah kita amati bahasa tubuh mereka ketika diwawancara oleh para wartawan, baik semasa perang mahupun sesudahnya di mana keadaan mereka cukup tenang ketika menceritakan pengalaman mereka.

Kaum wanita di Gaza tidak sesekali menyukai peperangan, namun jika peperangan merupakan takdir bagi bangsanya, kaum wanitalah yang memikul beban berat sebagai mangsa korban. Merekalah yang pertama sekali merasakan sukarnya hidup seharian di tengah-tengah suasana perang bermula dari persoalan mencari keperluan sehari-hari hingga kepada usaha menenangkan anak-anak mereka yang ketakutan.

Belum lagi ditambah dengan jumlah mangsa korban utama sebagaimana di Gaza ini kerana senjata perang Israel sentiasa mengejar wanita dan anak-anak walaupun di tempat-tempat penginapan mereka..

Bagi bangsa yang terjajah dan dizalimi seperti ini, masa depan bangsanya terletak di bahu mereka. Kaum wanita Gaza tidak seharusnya menunjukkan kelemahan mental, ketakutan yang menimbulkan perasaan menyerah kepada musuh atau kelemahan aktiviti yang menyebabkan mereka tidak lagi dapat bergerak menjalani kehidupan mereka.

Jika sikap-sikap kelemahan tersebut yang dilihat oleh anak-anak mereka pada hari ini, maka kita dapat bayangkan bahwa dalam masa 10 tahun ke hadapan, wilayah yang sekarang ini bernama Gaza mungkin akan berdirinya bandar-bandar pelancongan Israel dengan nama Yahudi sebagaimana nama Ashdod, Ashkelon, Sderot, Kiryat Shimona dan lain-lain.

Ini kerana jika mereka (kaum wanita Gaza hari ini) lemah, maka anak-anak mereka akan tumbuh menjadi penakut dan mempunyai sikap mudah menyerah tetapi Alhamdulillah sekarang mereka tetap teguh dan InsyaAllah sampai hari Qiamat pun bangsa Yahudi tidak akan dapat merasa tenang dengan kezalimannya kerana akan sentiasa ada yang menentang mereka dari satu generasi ke generasi Palestin yang
baru.

Inilah yang seharusnya kita belajar daripada mereka.

Wall In My Heart

Sudah agak lama penulis tak menulis tentang saudara-saudara kita di Palestin. Bukan melupakan cuma kadang-kadang terlalai... Lalai dengan kehidupan dan kesibukan yang menyesakkan...

Pagi tadi penulis menonton rancangan Nasi Lemak Kopi O di TV9. Salah satu tetamu jemputan pada pagi tadi adalah wakil dari Aman Palestin dan juga dua orang saudara dari Palestin yang telah putus kedua kaki mereka kerana dibom oleh Rejim Israel Laknatullah. Kedua warga Palestin ini dulunya adalah seorang mahasiswa jurusan Sains Sukan dan seorang lagi adalah seorang petani.

Penulis begitu terkesan apabila wakil Aman Palestin ini menceritakan bagaimana keadaan saudara-saudara kita ini. Di mana mereka mengatakan "Ana Dhoif"- Saya dah takde apa-apa dan wakil Aman menjawab " Bersabar sesungguhnya Allah bersama-sama mereka yang sabar. InsyaAllah kaki mu sedang menunggumu di syurga".

Tersentuh penulis dengan kata-kata itu... Tersentak sebentar... betapa lama sungguh penulis tak berbicara dan menyebut perihal saudara kita di sana...Saudara seakidah kita....Hina rasa diri ini kerana melupakan mereka...

Sekiranya sesiapa mempunyai sebarang sumbangan bolehlah dihulurkan ke :

1)Dana Sumbangan & DermaBank Islam (M) Berhad: 12029010047880
2) Maybank (M) Berhad: 562263010787

Di bawah ini penulis sertakan preview kartun berkenaan Palestin yang akan muncul tak lama lagi.




Allahummansuril islamawalmujaahidiin fii sabiilik fii kulli makaan wa fiikulli zamaan... Ameen...